Jumat, 20 Februari 2009

Tanpa Blur-pun BISA !!!

Setelah beberapa kali melakukan percobaan, mulai terasa perbedaan antara kamera pocket dan SLR. Meski sudah berusaha mencari cara untuk semaksimal mungkin hasilnya mendekati kemampuan SLR, kamera pocket dengan lensanya yang kecil tetap memiliki keterbatasan. Meski juga ada keluhan dari teman saya yang SLR-nya saya buat bahan perbandingan :D Jadi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang bagi manusia, tentunya tidak pernah bisa puas akan sesuatu.


Pada topik kali ini, tujuannya adalah menghasilkan blur (Depth of Field). Seperti pada artikel sebelumnya, untuk menghasilkan blur dengan kedua jenis kamera berbeda ukuran tersebut cukup jelas. Ditambah lagi kelemahan pada kamera pocket yang harus sangat dekat dengan object agar bisa menghasilkan blur yang masih juga kalah bagus dengan hasil SLR. Kali ini saya mencoba cara lain, agar bisa menghasilkan object foto yang tidak kehilangan point of interest (bener gak istilah ini ya ???). Karena teknik menghasilkan blur sebenarnya untuk menonjolkan object yang akan kita tampilkan dalam foto. Cara lain bisa juga diedit dengan aplikasi image editor (photoshop, gimp, dll). Tapi kalau mau sedikit lebih idealis, kita bisa juga menggunakan trik.

Dapat ide dari sebuah forum, meski saat itu topik yang dibahas adalah jual beli lensa, si penjual memasang foto hasil jepretan dia dengan lensa yang akan dijual. Waktu pemotretan malam hari, dengan object bunga mawar, menggunakan blitz. Dari situ, saya mulai bereksperimen foto malam hari. Dan ternyata, kelemahan kamera pocket tetap saja membatasi jarak, meski kali ini bisa sedikit lebih jauh, sekitar 50-75 cm dari object, tapi cahaya dari blitz masih terlalu kuat, dan anda semua tahu, tidak ada yang jual filter untuk lampu blitz kamera pocket, juga tidak ada kabel untuk blitz eksternal yang bisa dikasih filter :D dengan sedikit ketrampilan tangan, akhirnya jadi juga filter blitz. Filter dibuat dari kertas HVS, dibentuk agar pas menutupi lampu dan tidak mengganggu gerakan lensa. Silahkan dicoba sendiri butuh berapa lapis agar sesuai dengan kebutuhan.

Dengan cara ini, akhirnya saya bisa mendapatkan object yang jadi tujuan utama saya, tanpa ada ganguan dari object di latar belakang yang mungkin bisa mengganggu. Dari hasil percobaan, peralatan yang dibutuhkan kali ini bertambah satu lagi, yaitu senter, karena dengan suasana gelap, anda akan kesulitan menemukan object. Setting kamera menggunakan f3 1/250, relatif terhadap hasilnya setting ditujukan agar bukaan diafragma paling besar dan speed setinggi mungkin. Karena untuk pemotretan tanaman, terutama outdoor, pasti ada angin, yang menyebabkan hasil kurang tajam. Ini sebagian hasilnya...........





Karena lagi iseng, akhirnya ada satu cara baru yang saya coba, tidak seperti sebelumnya yang memanfaatkan waktu malam hari untuk mendapatkan suasana gelap, kali ini bisa saya lakukan pada siang hari, di teras rumah tanpa sinar matahari langsung. Idenya berasal dari teknik video pada film kelas bioskop, jadi bukan handycam. Karena saya teringat ada satu adegan para petani melewati pematang sawah pada malam hari dengan membawa obor. Pada sesi "behind the scene" film tersebut, ternyata shooting dilakukan pada siang hari dan tetap membawa obor, dari situ bisa dikira-kira, setting apa saja yang perlu diubah agar siang hari terlihat seperti malam hari. Hal ini sangat membantu bila anda membutuhkan sinar yang kuat, darimana lagi kalau bukan dari matahari.

Setting kamera yang saya gunakan kali ini adalah f8 1/250. Tidak perlu terpaku pada setting yang saya gunakan, mungkin pada masing-masing kamera bisa berbeda. Yang anda perlu perhatikan juga, adalah setting brightness pada layar lcd kamera, aturlah agar semirip mungkin dengan yang ditampilkan pada layar monitor, terutama bila anda lebih suka atau terpaksa melihat preview pada live view. Bagi saya cukup membantu untuk evaluasi saat itu juga, apakah foto tersebut under atau over exposure. Selamat mencoba :D



Tidak ada komentar: